Rabu, 09 Maret 2016

Gerhana matahari total

Asal-usul Gerhana Matahari menurut Ajaran Hindu



Dalam kekawin Adi Parwa dikisahkan sosok Kala Rau, raksasa yang menyamar menjadi Dewa sewaktu terjadinya pemutaran gunung Mandara Giri untuk memperoleh Tirta Amerta atau air suci keabadian.

Dewa Wisnu yang mengetahui penyamaran Raksasa Kala Rau, seketika melepaskan panah saktinya. Kepala terpenggal dan bagian tubuh Kala Rau jatuh ke bumi, kemudian disimbolilasi menjadi lesung.

Adapun kepalanya tetap melayang di angkasa, kemudian dipercaya menjadi penyebab terjadinya gerhana, yakni sewaktu raksasa Kala Rau berupaya menelan Dewi Ratih (Dewi Bulan).

Mitos Kala Rau muncul di Mesir dan India. Dalam mitologi Mesir Kuno ada satu dewa yang paling penting, yaitu Ra (Dewa Matahari), memimpin sebuah perahu yang ditumpangi banyak dewa guna melintasi langit.

Bila terjadi gerhana matahari, diyakini Apep (Dewa Ular Laut yang jahat) telah berhasil menghentikan Ra. Walaupun pada akhirnya Ra berhasil meloloskan diri, dan matahari kembali bersinar seperti sedia kala.

Sedangkan Hindu di India meyakini, dua penguasa kegelapan yakni Rahu dan Ketu yang diyakini menelan matahari sehingga terjadinya gerhana.

Catatan tertulis tertua mengenai gerhana ditemukan di lempeng tanah bangsa Babilonia, di Ugarit, Suriah. Sejumlah peneliti menyebut gerhana tersebut terjadi 3 Mei 1375 SM.

Namun T de Jong dan WH van Soldt di Nature, 16 Maret 1989, menunjukkan kejadian itu 5 Maret 1223 SM. Tak hanya akurat, catatan itu juga menyuratkan pengulangan gerhana yang dikenal sebagai siklus Saros.

Di Indonesia, catatan gerhana muncul belakangan, lebih mengemuka untuk gerhana Bulan, sangat jarang untuk Gerhana Matahari. Melalui lembar publikasinya, Asosiasi Ahli Epigrafi Indonesia, 2001, mengungkapkan catatan tertua gerhana Bulan ditemukan di Prasasti Sucen di Temanggung, Jawa Tengah, yakni gerhana 19 Maret 843.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar